Kamis, 19 Februari 2015

RENUNGAN BAGI KITA SEMUA



Berikut adalah cuplikan yg ada pada buku yg berjudul "Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya" oleh A. Mudjab Mahalli, penerbit MITRA PUSTAKA, halaman 412-418:

    Ketiga, anjuran mensyukuri nikmat. Mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan, adalah bagian dari perangai Islami. Dalam Al-Quran Allah telah menegaskan: "Adakah balasan kebaikan selain kebaikan pula?" (QS. Ar-Rahman: 60). Islam mengajak umat manusia agar menghiasi diri dengan sikap sosial, lebih-lebih seorang istri terhadap suaminya. Sikap yang demikian memiliki dampak positip dalam meraih kebahagiaan dalam rumah tangga, sekaligus mengokohkan jalinan hubungan sosial kemasyarakatan. Sebaliknya, Islam sangat mengecam terhadap orang yang tidak mengerti membalas budi serta mengingkari kebaikan orang. Sebab orang yang tidak bisa mensyukuri jasa baik orang lain, sama saja dengan tidak mensyukuri pemberian Allah. Karena itu, seorang istri shalihah harus mampu mengakui serta mensyukuri jasa baik suaminya, hingga hubungan yang harmonis dan jalinan cinta kasih bisa abadi.
    Orang yang paling besar haknya serta paling pantas mendapatkan kebaikan istri adalah suami. Aisyah memberikan keterangan: "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling besar haknya atas seorang wanita?" Jawab Rasulullah: "Suaminya." Lantas aku bertanya lagi: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling besar haknya atas seorang lelaki?" Jawab Rasulullah: "Ibunya." (HR. Hakim dan Bazzar dari Aisyah, dan termasuk hadis hasan). Karena itu, Islam menganjurkan kepada istri shalihah agar mampu membalas kebaikan dan jasa-jasa suami dengan mensyukuri, menghormati, menghargai, dan mentaatinya. Mengenang jasa baik suami dengan memberikan ungkapan-ungkapan kata dan perilaku yang indah dalam pergaulan keseharian. Sahabat Abi Hurairah menerangkan, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Seandainya aku diperkenankan memerintah kepada seseorang untuk menyembah sesamanya, niscaya aku perintahkan kepada seorang wanita untuk menyembah suaminya. Demi Allah yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, tidaklah seorang wanita menyia-nyiakan kewajiban terhadap Tuhannya hingga dia menyia-nyiakan kewajiban terhadap suaminya." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban dari Abi Hurairah, dan termasuk hadis hasan). Ini adalah menunjukkan betapa besar nilai pahala membalas kebaikan dan jasa-jasa suami dengan bersyukur dan memberikan pengakuan dalam bentuk ketaatan.
    Istri shalihah yang mampu mengakui kebaikan suami, yang pengakuannya diwujudkan dalam bentuk pengabdian, maka dia akan mendapatkan pahala besar. Sahabat Abdullah bin Mas'ud menerangkan, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Apabila seorang istri mencuci pakaian suami, maka Allah menetapkan baginya seribu kebaikan, mengampuni seribu kejelekan, mengangkat baginya seribu derajat, dan seluruh makhluk yang terkena sinar matahari memohonkan ampunan baginya." (HR. Thabrani dari Abdullah bin Mas'ud).
    Mengingkari jasa baik yang telah diberikan, adalah tabiat orang-orang yang keji lagi buruk. Hal mana dapat merusak hubungan dan jalinan, hingga pada akhirnya akan merusak tatanan masyarakat. Lebih-lebih bila dilakukan oleh seorang istri terhadap suami, rumah tangganya pasti akan berantakan. Karena itu Islam sangat membenci serta memberikan ancaman terhadap orang yang memiliki sikap tidak tahu berterima kasih dan bersyukur. Dia dikategorikan manusia tidak bermoral. Sebab ketidaksudian memberikan penghargaan terhadap budi baik orang lain merupakan refleksi dari kebusukan jiwa dan kepribadian, hingga berdampak enggan bersyukur kepada Allah. Padahal Rasulullah telah menegaskan: "Barangsiapa tidak berterima kasih kepada orang lain, berarti dia tidak bersyukur kepada Allah." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad).
    Istri yang tidak tahu berterima kasih terhadap suami, sangat dikecam oleh Islam. Sikap yang demikian dapat memasukkan dirinya ke dalam siksa neraka. Zainab menerangkan, bahwa Rasulullah pernah berkhutbah kepada para sahabat, seraya bersabda: "Aku melihat neraka dan kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita." Lantas mereka berkata: "Mengapa demikian, ya Rasulullah?" Jawab Rasulullah: "Karena kekufurannya." Mereka bertanya lagi: "Adakah mereka kufur kepada Allah, ya Rasulullah?" Jawab Rasulullah: "Mereka kufur kepada kebaikan. Ketika kalian berbuat kebaikan kepada salah seorang dari mereka (kaum wanita) sepanjang tahun, kemudian dia melihat satu kekurangan saja darimu, dia akan mengatakan bahwa dirimu sedikitpun belum pernah berbuat baik kepadanya." (HR. Bukhari dan Muslim dari Zainab). Jadi, kebanyakan penghuni neraka adalah wanita yang tidak tahu berterima kasih kepada suaminya. Ibarat suami sudah berbuat baik sepanjang tahun, kemudian hanya ada satu kekurangan saja, wanita itu akan mengatakan bahwa suaminya belum pernah berbuat baik kepadanya. Sungguh, yang demikian merupakan kekufuran terhadap nikmat Allah yang luar biasa, hingga pantas dimasukkan ke dalam siksa neraka.
    Seorang istri shalihah tentu selalu berupaya menjauhi sikap tidak tahu berterima kasih, lebih-lebih terhadap suami. Sebab dia sadar, bahwa sikap tersebut bisa melebur seluruh anak kebajikan yang telah dilakukan. Aisyah menerangkan, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Apabila seorang wanita berkata kepada suaminya: "Aku sama sekali belum pernah melihat dan merasakan kebaikanmu," maka terhapuslah semua amal kebajikannya." (HR. Ibnu Adiy dan Ibnu Asakir dari Aisyah).
    Imam Azizi menerangkan: "Wanita yang mengingkari kebaikan suami, maka amal kebajikannya dilebur oleh Allah. Kerusakan amal tersebut sebagai balasan atas kedurhakaannya terhadap suami. Jadi, pahala wanita itu terhalang, kecuali dia bertobat, kembali mengakui segala kebaikan yang telah diberikan suami. Dan bila ucapan istri itu benar, karena memang suami tidak pernah berbuat baik, maka yang demikian tidak mengakibatkan dileburnya amal kebajikan yang telah dilakukan."
    Istri yang tidak mensyukuri kebaikan suami, pada hari kiamat nanti akan dijauhkan dari rahmat Allah. Sahabat Thalhah bin Ubaidillah menerangkan, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Wanita mana saja yang berkata kepada suaminya: "Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikanmu, " pada hari kiamat nanti Allah tidak akan memberikan rahmat keapadamu." (HR. Ibnu Adiy dari Thalhah bin Ubaidillah). Sahabat Abdillah bin Amr bin Ash juga menerangkan, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Sungguh Allah tidak akan memandang wanita yang tidak tahu bersyukur terhadap suami." (HR. Nasai dari Abdillah bin Amr bin Ash).
    Seorang istri yang kaya, kemudian dia tidak mampu bersyukur terhadap suami, maka kelak di akhirat akan dikumpulkan bersama Qarun. Sahabat Utsman bin Affan menerangkan, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Seandainya ada seorang wanita memiliki dunia dengan segala isinya, kemudian seluruh kekayaannya itu dia belanjakan untuk kepentingan suaminya, lantas setelah selang beberapa waktu dia mengungkit-ungkitnya, maka Allah akan melebur seluruh amal kebajikannya, dan akan dihalau ke neraka bersama Qarun." (HR. Ibnu Adiy dari Utsman bin Affan). Sahabat Abi Hurairah menerangkan, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Seandainya ada seorang wanita memiliki harta seperti kekayaan nabi Sulaiman bin Dawud, kemudian sang suami ikut makan harta tersebut, lantas dia berkata kepada suaminya: "Dimana hartaku, " maka Allah akan melebur amal kebajikannya selama empat puluh tahun."
    Seorang istri yang menuntut sesuatu, hingga membuat repot sang suami, maka akan dilaknat oleh para malaikat. Sahabat Sa'ad bin Abi Waqash menerangkan, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Apabila seorang wanita tidak mau melapangkan (meringankan) kesempitan yang dihadapi suami, maka Allah murka kepadanya, dan seluruh malaikat melaknatinya." (HR. Ibnu Asakir dari Sa'ad bin Abi Waqash). Jadi, seorang istri shalihah harus selalu berupaya meringankan beban yang ditanggung suami. Jangan malah memberatkannya. Seandainya suami memiliki harta lebih pun, seorang istri tidak dibenarkan mengambil tanpa ijin. Apalagi menuntut sesuatu di luar kemampuan, sungguh suatu sikap yang sangat tidak terpuji. Sahabat Mu'awiyah menerangkan, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Wanita mana saja yang mengambil harta suami tanpa ijin, maka dia akan menanggung dosa sama dengan dosa tujuh puluh ribu pencuri." (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Adiy dari Mu'awiyah).
    Bila istri yang durhaka akan mendapatkan siksa neraka, tentu saja bagi istri yang taat kepada suami akan mendapatkan balasan surga. Padahal ketaatan terhadap suami, adalah hal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Sahabat Abi Hurairah menerangkan, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai shalat lima waktu dan waktu ketaatannya terhadap suami." (HR. Ibnu Hibban dari Abi Hurairah).
    Sikap tidak terpuji dan mengingkari kebaikan suami, pasti dihindari oleh seorang istri shalihah. Dia selalu berupaya menghias diri dengan akhlak karimah, dan berterima kasih kepada suami. Mencari keridhaan Allah, dan membahagiakan suami. Meraih ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa, serta menciptakan suasana yang penuh kepasrahan dan kesederhanaan. Dia sadar, bahwa suamilah yang telah melindungi kehormatan dan harga dirinya. Menyelamatkan dirinya dari kehinaan dan perbuatan haram, serta membebaskan dirinya dari perdagangan nafsu syahwat para manusia jalang. Dia sadar pula, bahwa suamilah yang memberi nafkah, siap menanggung beban berat dan bekerja sepanjang hari demi memenuhi kebutuhan keluarga, baik sandang, pangan maupun tempat tinggal yang nyaman. Perabot rumah tangga yang layak, dan kehidupan setara dengan yang lain. Suamilah yang selalu berupaya membimbing serta mengarahkan dirinya, demi mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat yang didamba bersama.
    Bila suami merasa bahwa istrinya memberikan pelayanan dan penghargaan yang baik, sebagai ucapan terima kasih atas kebaikan yang telah dilakukan terhadapnya, maka hal demikian akan menumbuhkan cinta kasih yang mendalam serta merangsang suami untuk memberikan sesuatu yang lebih banyak lagi. Suami merasa berada di lahan subur, hingga cepat menumbuhkan pohon kebaikan dan membuahkan hasil yang baik berupa sanjungan dan balas budi sang istri. Tentu saja hubungan mesra, jalinan kasih yang kokoh, dan kerjasama dalam membangun mahligai rumah tangga, akan terasa semakin indah. Di sanalah akan terpancar sinar kebahagiaan dan kedamaian. Sebaliknya, sikap mengingkari kebaikan suami hanya akan mendatangkan kekeruhan hati, merangsang sifat kikir, membangkitkan kejengkelan dan kemarahan, menimbulkan perselisihan dan pertengkaran, yang akhirnya hubungan rumah tangga menjadi porak-poranda.
    Untuk itu, kepada istri shalihah ditawarkan satu di antara dua pilihan dari kehidupan berikut ini.
    Pertama, kehidupan dimana istri selalu berkata kepada suami: "Aku butuh ini dan itu, tapi kenyataannya aku belum pernah menerima apapun darimu," hingga kemudian suami membalas dengan ucapan: "Aku tidak akan pernah memberi sesuatu pun kepadamu, karena tidak pernah membuahkan suatu hasil kebaikan darimu." Pada akhirnya antara suami istri saling menyakiti, melukai, mencela, menghardik, bahkan sampai baku hantam.
    Kedua, kehidupan dimana istri selalu berkata mesra kepada suami: "Suamiku, semoga Allah memberimu pahala atas kebaikan yang telah engkau berikan kepadaku, sekalipun sangat kecil. Semoga Allah senantiasa mencurahkan pertolongan kepada kita," lantas suami membalas dengan kata penuh kasih pula: "Istriku, engkau kepingin apa. Dengan segala senang hati aku akan memenuhinya." Pada akhirnya rasa saling pengertian, hormat-menghormati, bahu-membahu, memadu cinta kasih dan kemesraan, akan tumbuh dengan subur.
    Renungkanlah, wahai istri shalihah. Jatuhkanlah pilihan anda kepada sikap yang lebih menguntungkan dirimu, baik di dunia maupun di akhirat. Sebab sorga yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan, hanya dapat diraih dengan ketenangan dan ketenteraman dalam berumahtangga. Bukankah Rasulullah telah menegaskan: "Rumahku, sorgaku."


Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.