Sabtu, 24 Mei 2014

Terima kasih ya Allah

saudaraku, tidak ada salahnya dibaca dan direnungkan yang berikut ini. alhamdullillah, insya Allah dan semoga bermanfaat. aamiin.
Hendaklah seseorang berpikir dulu sebelum berbicara. Siapa tahu karena lisannya, dia akan dilempar ke neraka. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya.” (HR. Tirmidzi no. 2314. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Bukhari no. 6478)
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988)
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim (18/117) tatkala menjelaskan hadits ini mengatakan, “Ini semua merupakan dalil yang mendorong setiap orang agar selalu menjaga lisannya sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47). Oleh karena itu, selayaknya setiap orang yang berbicara dengan suatu perkataan atau kalimat, merenungkan apa yang akan ia ucap. Jika memang ada manfaatnya, barulah ia berbicara. Jika tidak, hendaklah dia menahan lisannya.”
Dalam Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Tidak ada perkataan yang bersifat pertengahan antara bicara dan diam. Yang ada, suatu ucapan boleh jadi adalah kebaikan sehingga kita pun diperintahkan untuk mengatakannya. Boleh jadi suatu ucapan mengandung kejelekan sehingga kita diperintahkan untuk diam.”
Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain Dia. Tidak ada di muka bumi yang lebih berhak untuk dipenjara dalam waktu yang lama daripada lisan.” (Dinukil dari Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)
Ibnul Mubarok ditanya mengenai nasehat Luqman pada anaknya, lantas beliau berkata, “Jika berkata (dalam kebaikan) adalah perak, maka diam (dari berkata yang mengandung maksiat) adalah emas.” (Dinukil dari Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)
Diam itu lebih baik daripada berbicara sia-sia bahkan mencela atau mencemooh yang mengandung maksiat.
Itulah manusia, ia menganggap perkataannya tidak berdampak apa-apa, namun di sisi Allah bisa jadi perkara besar. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ
“Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. An Nur: 15). Dalam Tafsir Al Jalalain dikatakan bahwa orang-orang biasa menganggap perkara ini ringan. Namun, di sisi Allah perkara ini dosanya amatlah besar.
Selengkapnya di website kami RemajaIslam.Com >>http://remajaislam.com/177-diam-itu-emas

Kamis, 08 Mei 2014

Sepercik Cahaya Kehidupan Sang Nabi saw

Baginda Nabi Muhammad saw bersabda: 'Allah swt telah mendidikku dengan sebaik-baik didikan.'

Allah swt telah memberikan seluruh kunci-kunci perbendaharaan bumi, namun beliau saw enggan menerimanya dan lebih memilih kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Padahal kalau beliau saw menginginkan dunia, pastilah beliau saw menjadi orang yang paling bersyukur dan pasti beliau saw akan membelanjakan seluruh hartanya di jalan kerihaan Allah swt.

Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa suatu hari, Baginda Rasulullah saw menangis. Melihat akan hal itu, maka para sahabat bertanya: 'Wahai junjunganku Rasulullah, hal apakah gerangan yang membuatmu menangis?'

Baginda Rasulullah saw menjawab:'Aku menangis karena aku merindukan saudara-saudaraku.'

Dengan penuh keheranan, para sahabat bertanya: 'Wahai Rasulullah, bukankah kami ini saudara-saudaramu?'

Lalu Baginda Rasulullah saw pun menjawab: 'Wahai sahabat-sahabatku, kalian adalah para sahabatku. Saudaraku adalah, suatu kaum yang akan datang sepeninggalku, mereka beriman kepadaku, padahal mereka tidak pernah melihatku.'

Lihatlah wahai saudaraku...Inilah kerinduan Baginda Rasulullah saw kepada kita seluruh umatnya. Ini adalah tangisan seorang kekasih Allah swt yang paling dikasihi-Nya kepada umat yang mungkin telah jauh dari sejarah kehidupan beliau saw.

Umat yang tidak lagi mengenal kehidupan beliau saw. Umat yang lebih sibuk dengan dirinya sendiri. Umat yang terlena dengan angan-angannya. Umat yang lebih memilih kehidupan dunia yang fana daripada menaruh rasa cinta kepada beliau saw.

Walaupun demikian, beliau saw begitu mengasihi, merindukan, memperhatikan serta menganggap kita sebagai bagian darinya, hingga menyebut kita dengan sebuah kata-kata yang sangat mulia dan kita sebagai umat sangat merasa tersanjung dengan kata-kata tersebut. Kata-kata itu adalah tatkala Baginda Rasulullah saw menyebut kita sebagai 'saudara.'

Saat Baginda Rasulullah saw wafat, Sahabat Bilal bin Rabah tampak begitu sangat sedih, hingga tak lagi berkenan mengumandangkan adzan, bahkan beliau ra pergi meninggalkan kota Madinah al-Munawwarah dan menetap di negeri Syam.

Baru beberapa tahun setelah itu, Sahabat Bilal ra didatangi oleh arwah suci Baginda Rasulullah saw melalui mimpi. Dalam mimpi tersebut Baginda Rasulullah saw berkata: 'Ketidak pedulian apa ini wahai Bilal? Telah tiba saatnya engkau datang mengunjungiku?'

Saat Sahabat Bilal ra terbangun, tanpa berfikir panjang, beliau ra pun memacu kudanya dengan sangat kencang dan menuju kota Madinah al-Munawwarah. Sesampainya di Madinah, Sayyidina Bilal langsung menuju pusara suci Baginda Rasulullah saw.

Saat itu, Sahabat Bilal ra duduk di samping pusara suci Rasulullah saw. Beliau hanya bisa menangis, menangis dan menangis...Beliau ra mengingat hari-hari bersama Rasulullah saw.

Bayangkan... Ini adalah sebuah ikatan yang bukan hanya ingin berjumpa dengan beliau saw. Akan tetapi ikatan seorang sahabat, saudara, ikatan seorang yang telah dibebaskan perbudakan dan mengangkat derajatnya hingga menjadi seorang mu'adzin di kota Madinah. Sebuah ikatan yang benar-benar kuat.

Saat itu Sahabat Bilal ra terus menangis hingga beliau melihat Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husein ra, lalu memeluk serta menciumi keduanya. Kemudian dengan berlinang air mata, Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husein ra meminta Sahabat Bilal ra untuk mengumandangkan adzan. Maka dengan penuh ta'dzim dan rasa hormat, Sahabat Bilal ra memenuhi permintaan kedua cucu kecintaan Rasulullah saw ini.

Ketika datang waktu shalat, Sahabat Bilal ra pun mengumandangkan adzan. Dan inilah adzan yang pertama kali dikumandangkannya sepeninggal Baginda Rasulullah saw. Ketika penduduk kota Madinah mendengar suara adzan yang dikumandangkan oleh Sahabat Bilal ra, mereka berlarian menuju masjid. Mereka teringat masa-masa indah yang pernah mereka lewati bersama Rasulullah saw.

Sebagian wanita-wanita Madinah berteriak histeris. Mereka mengatakan: 'Rasulullah hidup kembali, Rasulullah hidup kembali.' Semua penduduk Madinah menangis, sehingga pada waktu itu hujan tangis membasahi kota Madinah al-Munawwarah. Sehingga hal itu membuat Sahabat Bilal ra jatuh pingsan dan tidak dapat kembali melanjutkan kumandang adzannya.

Wahai saudaraku...
Pernahkah di waktu kita merindukan Rasulullah saw, lalu menetes air mata di pipi kita?

Lihatlah wahai saudaraku...
Perasaan yang pernah ada di hati para Sahabat terhadap sosok Rasulullah saw?

Apakah kita juga dapat merasakan yang para Sahabat rasakan?

Padahal bukankah kita juga sebagai umatnya?
Namun mengapa kecintaan kita terhadap beliau saw tidak seperti mereka?

Masihkah perasaan cinta dan rindu terhadap para kekasih Allah swt tersisa di dalam hati kita?

Ataukah bagi kita Rasulullah saw hanyalah seorang nabi yang pernah hidup 1.400 tahun yang lalu dan tidak berarti apa-apa?

Baginda Nabi Muhammad saw bersabda: 'Setiap nabi memiliki satu do'a yang mustajab dan seluruh nabi telah memohon dengannya. Sedangkan aku menyimpannya sebagai syafa'at bagi umatku di hari kiamat kelak.'

Andaikan kita diberikan satu do'a yang mustajab, maka do'a apakah yang akan kita panjatkan?

Renungkanlah... Bagaimanakah mulianya insan yang dikaruniai satu do'a yang mustajab, namun beliau saw tidak memikirkan dirinya, akan tetapi ia hanya memikirkan umatnya.

Semoga bermanfaat. Aamiin.


Minggu, 04 Mei 2014

PERLUKAH BAYI MINUM VITAMIN UNTUK CERDAS?

TRIBUNNEWS.COM - Benarkah ada produk
vitamin yang dapat membuat anak cerdas?
Perlukah anak mengonsumsi suplemen yang
membuat cerdas tersebut?
Menurut dr. Utami Roesli, SpA, MBA, CIMI, bila si
kecil sudah mengonsumsi makanan bergizi,
seperti makanan empat sehat lima sempurna, tak
perlu lagi mengonsumsi vitamin tambahan.
Pada dasarnya, vitamin hanya membantu proses
metabolisme atau kegiatan sel-sel di dalam
tubuh. Sedangkan zat yang berperan dalam
proses pembentukan otak secara keseluruhan
adalah energi dan protein. Bila terjadi
kekurangan salah satu zat ini, dapat berdampak
pada ukuran otak yang kecil dan jumlah sel otak
yang kurang.
Agar anak jadi cerdas, sistem saraf pusat (otak
dan sumsum tulang belakang) harus berfungsi
dengan baik. Dalam usaha mempercepat reaksi
saraf penghantar (neurotransmitter) dan
mempermudah komunikasi antara sel-sel otak
inilah diperlukan zat tertentu yang sering disebut
vitamin untuk otak. Nah, vitamin yang
dikonsumsi anak tersebut dapat membantu
terbentuknya sel-sel tubuh hingga membantu
pertumbuhannya.
Sumber utama vitamin berasal dari sayuran dan
buah-buahan. Hanya saja, dalam kesehariannya
anak harus mendapat pola makan teratur dan
seimbang agar memperoleh asupan gizi yang
seimbang pula. Jadi, sangatlah tidak tepat jika
anak yang enggan makan, diberikan berbagai
tablet vitamin . Karena vitamin tersebut bukan
untuk menggantikan makanan yang menjadi
kebutuhan gizi si anak.
Lebih Baik Pilih ASI
Lain vitamin , lain pula dengan ASI. Memberi ASI
amat banyak manfaatnya, lo. Terutama bagi si
bayi. Menurut penelitian, bayi jadi tumbuh
optimal dan lebih sehat, tidak kegemukan atau
terlalu kurus. Bayi akan sehat karena dalam ASI
ada antibodi yang tak terdapat dalam susu
hewan. Itulah mengapa para ahli menganjurkan
bayi harus diberikan ASI eksklusif (hanya ASI
saja tanpa cairan lain) selama 6 bulan.
Yang tak kalah penting, pemberian ASI eksklusif
juga berpengaruh pada tingkat kecerdasan bayi.
Penelitian yang dilakukan pada 1993
mengungkapkan, di usia 7 tahun, anak memiliki
IQ dengan poin 8,3 lebih tinggi. Sebab, ASI ialah
susu manusia dan buat otak manusia. Jadi, ada
zat-zat khusus untuk pembentukan sel otak,
yang tak bisa didapat pada susu sapi.
ASI eksklusif juga meningkatkan ikatan kasih
sayang antara ibu dan bayinya. Jika di
kandungan bayi merasa aman dan terlindungi di
dalam rahim, kini ketenteraman itu diperolehnya
lewat kontak kulit ke kulit dengan ibunya dan ia
tetap bisa mendengar detak jantung ibunya kala
ia tengah menyusu. Karena merasa aman,
dilindungi, dan dicintai, anak akan tumbuh sehat,
cerdas, dan mandiri.
Lewat pemberian ASI pula, ibu jadi tahu, bayinya
tak tahan pada jenis makanan tertentu. Misal, si
ibu makan santan lalu bayinya mencret, ia jadi
tahu dan berhenti mengkonsumsi santan. Ini
terjadi karena bayi tak bisa mencerna ASI
tersebut akibat ada bahan sensitif. Kalau ibunya
tak makan santan lagi, ya, si bayi tak akan
mencret kembali.
Jelas, kan daripada mengonsumsi produk
vitamin yang katanya bikin cerdas, lebih baik
mengonsumsi makanan bergizi, juga ASI untuk
bayi.
sumber: m.tribunnews.com/kesehatan/2014/05/03/perlukah-anak-mengonsumsi-vitamin-cerdas

Jika ingin sharing atau berbagi ilmu bisa menghubungi saya, Teguh Setyobudi,  melalui Hp, email atau facebook.
Hp           : 085649771911, 087753276715
Email       : thegooh.setyo@gmail.com
Facebook : thegooh.setyo@gmail.com